24 April 2009

POLITIK PENGECUT SI MERAH

Politik Pengecut Si Merah, saya berikan sebagai judul tulisan saya pada blog ini.
Kabar terakhir tentang Pemilu Presiden 2009 yang akan diboikot sejumlah elit termasuk ketua si merah memang patut disayangkan keluar dari politisi ulung. Asas praduga tak bersalah atas kecurangan pemilu secara sistematis menjadi alasan utama munculnya wacana ini. Apalagi didukung oleh (nuwun sewu) "Macan tua NU yang terbuang" yang memang sedang menacari jalan untuk eksis kembali di perpolitikan Indonesia. Dukungan juga datang dari (nuwun sewu) "jenderal-jenderal mangkir" yang mendapat suara tak lebih dari 3 % di pemilu legislatif kemarin.
Si merah seharusnya lebih jantan menghadapi "perjuangan" pemilu seperti semboyan partainya. Toh ketika memang ada kemungkinan kecurangan seharusnya dibuktikan dulu. Politik Lempar batu sembunyi tangan ini pasti akan menadi blunder bagi si merah. Simpati rakyat akan turun, karena boikot pemilu sama halnya menyia-nyiakan suara rakyat yang telah diberikan bagi si merah.

3 April 2009

Demokrasi Undian

Mengenaskan! itu yang saya rasakan menjelang Pemilu legislastif 9 April mendatang. Selain persiapan logistik yang masih carut marut hingga gelombang isu Daftar Pemilih Tetap (DPT) fiktif mendera dan mengancam pesta demokrasi kita sebagai bangsa. Terakhir saya mendengar ada istilah "demokrasi Undian"?
Demokrasi undian itu tertuang dalam Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2009 tentang Penghitungan Perolehan Kursi, Penetapan Calon Terpilih, dan Penggantian Calon Terpilih Dewan Perwakilan Rakyat.
Kursi untuk partai akan diberikan sesuai peringkat perolehan suara. Kursi untuk partai itu akan diberikan kepada calon dari dapil yang memiliki sisa suara terbesar. Jika sisa kursi tinggal satu dan ada lebih dari satu partai politik memiliki sisa suara sama, kursi diberikan sesuai dengan undian.
Bangsa kita hendaknya malu dengan kasus "perjudian" level nasional yang menyeret masa depan politik kita ke arah kehancuran. Dari sini jelas terlihat, tidak ada itikat baik dari pihak berwenang untuk membawa Indonesia ke arah perbaikan sistem politik. Amanah rakyat tidak dihargai, namun dipandang hanya sebatas alat untuk melegitimasikan bagi-bagi kursi dan kekuasaan.
Nauzhubillahi min dzalik. Semoga Alloh mengampuni kita semua.

1 April 2009

Tolak Golput

Tolak golput sebuah opini pribadi. Isu golongan putih (golput) akhir ini marak dan bergejolak menjelang pemilu legislatif. Golput sebenarnya tak lebih dari sekedar kekecewaan terhadap kinerja elit politik yang dirasa tidak ada lagi yang berpihak kepada rakyat selaku konstituen. Golput dianggap sebagai bentuk hukuman moral yang paling tepat dan ampuh kepada elit politik yang gemar menjadikan kemiskinan sebagai jualan.
Golput, dalam tinjauan undang-undang adalah sebuah hak yang harus dihormati semua warga negara yang merupakan wujud kebebasan berpendapat. Golput secara sadar menurut saya lebih baik dari pada datang ke TPS tapi asal coblos dan tidak mau tau tentag siapa, visi dan misi caleg yang dipilih apalagi karena uang (suap, menurut saya) yang jelas akan membawa bangsa ini ke lembah kenistaan.
Namun saya adalah seorang yang anti golput, karena menurut saya baik-buruknya bangsa kita ke depan tergantung dari pilihan kita saat ini. Golput tidak menjadi solusi dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Saya percaya bahwa yang di Atas tidak mungkin memberikan masalah tanpa menyiapkan solusinya. Dari sekian caleg yang ambisius dan rakus akan kekuasaan, saya rasa masih ada yang bersih dan kompeten terhadap tugas yang akan dihadapinya kedepan.
Mari kita wujudkan perpolitikan Indonesia yang sehat dan cerdas serta bersih. Kita mulai saat ini dari diri sendiri dengan memilih pemimpin sesuai hati nurani.
Contreng yes, golput no!